Jakarta – Pejabat tinggi Uni Eropa menyarankan Indonesia untuk ikut batas harga (price cap) yang diberlakukan Kelompok Tujuh atau G7 untuk minyak Rusia. Peringatan ini muncul di tengah simpang siur mengenai rencana pembelian minyak Rusia oleh Pemerintah Indonesia.
Komisioner Uni Eropa untuk Energi, Kadri Simson, mengatakan batas harga yang disepakati oleh nagara-negara G7 ini bisa mengurangi pendapatan Moskow untuk invasi perang ke Ukraina. Ia memahami, Rusia tengah mencari pasar baru dengan diskon yang signifikan.
“Pesan kami ke Indonesia, juga ke India dan China, (negara yang) tetap bersedia membeli produk minyak Rusia adalah untuk mengusulkan batas harga minyak kepada mereka,” kata Simson saat wawancara di Jakarta, Selasa, 6 September 2022.
Menteri Keuangan G7 menyepakati pemberlakuan batas harga pada minyak Rusia pada Jumat, 2 September 2022. Kebijakan ini bertujuan untuk memangkas pendapatan Moskow yang dipakai untuk perang Ukraina dan menghindari lonjakan harga.
Melalui kebijakan ini, nantinya penyediaan layanan transportasi laut, termasuk asuransi dan keuangan, akan diizinkan hanya jika kargo minyak Rusia dibeli pada atau di bawah tingkat harga yang ditentukan oleh koalisi luas negara-negara yang mematuhi dan menerapkan batas harga ini. Tingkat harga akan ditinjau kembali oleh koalisi sesuai kebutuhan.
Wacana Pemerintah Indonesia membeli minyak Rusia menguat sejak awal 2022, tetapi kabar itu memudar belakangan. Baru-baru ini, Pejabat Kementerian Keuangan Amerika Serikat, yang berbicara dengan syarat anonim ke New York Times mengatakan, Rusia telah menjual minyak ke negara-negara seperti Indonesia dengan diskon 30 persen dan sedang mencoba untuk mengunci kontrak jangka panjang sebelum batas harga diberlakukan.
Pertamina, Humas Kementerian Keuangan, Humas Ditjen Migas Kementerian ESDM, dan Stafsus Menkeu tidak segera membalas pesan Tempo saat ditanya pembelian minyak Rusia. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri mengaku tidak mendengar informasi mengenai ini.
Uni Eropa Sejauh ini sudah sepakat untuk menghentikan impor minyak dari Rusia dan kebijakan itu secara efektif akan berlaku pada Desember 2022. Menurut Simson, Eropa telah membuat keputusan untuk berhenti membiayai perang Rusia melawan Ukraina karena kekejaman yang mereka lakukan.
“Kami bersedia membayar harga yang lebih tinggi hanya untuk membantu Ukraina menang dan memulihkan kendali mereka atas perbatasan mereka,” kata Simson.
Menanggapi kebijakan batas harga G7 tersebut, Kremlin menyatakan, Rusia akan berhenti menjual minyak ke negara-negara yang menerapkan batas harga. Menurut Kantor Presiden Vladimir Putin, batas harga itu diyakini akan mengacaukan pasar minyak global.
Kantor Presiden Rusia juga memastikan telah menghentikan pasokan gasnya ke Nordstream I, satu-satunya pipa yang mengalir dari Moskow ke Eropa. Juru Bicara Kremlin mengatakan tetap tidak akan mengalirkan gas melalui pipa itu sebelum sanksi negara-negara Barat dicabut.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat telah menyuarakan kekhawatiran mengenai embargo Uni Eropa yang dapat memicu perebutan pasokan alternatif. Masalah yang menyertainya seperti peningkatan harga minyak mentah global hingga US$ 140 atau sekitar Rp 2 juta per barel. Menteri Keuangan Janet Yellen mempromosikan batas harga ini sejak Mei 2022 sebagai cara untuk menjaga minyak mentah Rusia tetap mengalir.
Meskipun volume ekspor minyak Rusia turun, pendapatan ekspor minyaknya pada Juni 2022 meningkat sebesar US$700 juta atau sekitar Rp 10,4 triliun dari bulan sebelumnya. Badan Energi Internasional mengatakan bulan lalu, bahwa harga didorong lebih tinggi oleh perang di Ukraina.
Sumber: https://dunia.tempo.co/